Header Ads

Breaking News
recent

Mengungkap Jejak Kerajaan Blambangan: Benteng Terakhir Hindu di Ujung Timur Jawa


Banyuwangi, morgesiwe.com – Tersembunyi dalam kabut sejarah, Kerajaan Blambangan menyimpan kisah heroik sebagai benteng terakhir peradaban Hindu di Jawa Timur. Berdiri tegak melawan hegemoni Majapahit, Demak, Mataram, hingga VOC Belanda, kerajaan yang kini menjadi cikal bakal Banyuwangi ini meninggalkan jejak yang masih bisa ditelusuri hingga hari ini.


Damarwulan-Minakjinggo: Antara Fakta dan Fiksi

Kisah epik Damarwulan-Minakjinggo yang populer di Jawa Timur ternyata menyimpan kode sejarah tentang perseteruan Majapahit dan Blambangan. Meski dianggap legenda, cerita ini diduga terinspirasi dari Perang Paregreg tahun 1406 antara Bhre Wirabhumi (Blambangan) melawan Wikramawardhana (Majapahit).


"Dalam versi Banyuwangi, Minakjinggo justru digambarkan sebagai raja tampan, berbeda dengan versi Mataram yang mendiskreditkannya," ungkap Dr. Surya Wibawa, sejarawan Universitas Jember.


Asal-Usul Misterius

Tracing awal Blambangan membawa kita pada era Arya Wiraraja (1294-1301), penguasa Lamajang (Lumajang) yang mendapat mandat dari Raden Wijaya. Prasasti Penanggungan dan Babad Raja Blambangan menyebut wilayah kekuasaannya membentang hingga Selat Bali.


Namun teka-teki muncul:

  • Pararaton abad ke-15 hanya menyebut "Istana Timur"

  • Naskah Bujangga Manik abad ke-16 menyebut "Balungbungan" sebagai tempat ziarah Hindu

  • Catatan Portugis tahun 1528 baru secara eksplisit menyebut "Panarukan" sebagai Blambangan


Pusaran Kekuasaan

Blambangan menjadi rebutan tiga kekuatan:

  1. Bali (Kerajaan Gelgel)

  2. Mataram Islam

  3. VOC Belanda

Puncaknya terjadi pada Perang Puputan Bayu (1771-1772) di bawah pimpinan Mas Rempeg Jagapati, keturunan Raja Tawang Alun. Perang heroik ini memakan korban 6.000 jiwa dan menjadi dasar penetapan Hari Jadi Banyuwangi (18 Desember 1771).


Warisan yang Bertahan

Bukti fisik kejayaan Blambangan masih bisa disaksikan:

  • Situs Umpak Songo di Muncar (bekas ibukota terakhir)

  • Makam Tawang Alun di Desa Macan Putih dengan ritual ngaben spektakuler

  • Budaya Using yang berbeda dengan Jawa Mataraman

  • Seni Gandrung sebagai transformasi tari perang

"Blambangan bukan sekadar kerajaan, tapi simbol resistensi budaya," tegas Prof. I Made Suparta, pakar sejarah Bali-Jawa dari Universitas Udayana.


Tantangan Pelestarian

Upaya rekonstruksi sejarah Blambangan masih menghadapi kendala:

  • Minimnya sumber primer

  • Banyak situs yang belum terekskavasi

  • Dominasi narasi Jawa Sentris dalam historiografi


Pemerintah Banyuwangi melalui Dinas Kebudayaan berencana membuat Blambangan Heritage Trail yang akan menghubungkan 12 situs penting sebagai destinasi wisata sejarah.


#Blambangan #SejarahJawa #Banyuwangi #WarisanBudaya #MorgesiweHistoria


Oleh: Tim Redaksi Morgesiwe.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.