Menelusuri Jejak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Maritim Terkuat di Nusantara
Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta, di mana "Sri" berarti gemilang dan "Wijaya" berarti kejayaan, yang melambangkan sebuah kejayaan yang penuh dengan cahaya. Meskipun masih menjadi misteri kapan tepatnya Kerajaan Sriwijaya mulai berdiri dan berakhir, banyak bukti yang menguatkan eksistensinya pada abad ke-7 M.
Jejak Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Beberapa bukti penting yang memperlihatkan keberadaan dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya antara lain tercatat dalam catatan perjalanan seorang Bhiksu Buddha asal Tiongkok, I Ching, yang singgah di Sriwijaya pada tahun 671 M. I Ching dalam perjalanannya menuju India untuk memperoleh teks-teks Buddha singgah selama enam bulan di Sriwijaya, dan menulis tentang keberadaan lebih dari seribu biksu yang tekun belajar di kota Sriwijaya. Keberadaan Sriwijaya saat itu pun sangat dihormati di kalangan kerajaan-kerajaan sekitar, bahkan banyak yang mengagumi pengajaran Buddha yang berkembang pesat di kerajaan ini.
Prasasti-Prasasti Sejarah
Seiring berjalannya waktu, banyak prasasti ditemukan yang memperjelas keberadaan dan aktivitas kerajaan ini. Salah satu prasasti penting adalah Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada 29 November 1920 di Palembang. Prasasti ini memberikan bukti bahwa pada tahun 683 M, Dapunta Hiyang, penguasa Sriwijaya, melancarkan penyerangan dan memperluas wilayah kekuasaannya.
Selanjutnya, ada juga Prasasti Talang Tuo yang ditemukan pada 17 November 1920 yang menceritakan tentang pembangunan taman yang dipersembahkan oleh Dapunta Hiyang Sri Jayanasa, yang bernama Sriksetra, yang menjadi simbol kedamaian dan keluhuran kerajaan Sriwijaya.
Kejayaan Sriwijaya yang Terus Berkembang
Sriwijaya terus berkembang pada abad-abad berikutnya, hingga mencapai puncaknya pada pemerintahan Balaputradewa pada abad ke-9. Pada masa ini, Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran agama Buddha yang menjadi tujuan bagi para biksu dari berbagai negara.
Namun, kerajaan ini juga menghadapi tantangan besar, termasuk serangan dari Kerajaan Medang yang dipimpin oleh Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M. Walaupun Sriwijaya sempat mengalami kesulitan, kejayaannya tidak lantas pudar begitu saja.
Pada abad ke-11, serangan dari Rajendra Chola I dari Kerajaan Chola di India Selatan menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan kejatuhan Sriwijaya pada tahun 1025 M. Serangan ini tercatat dalam Prasasti Tanjore, yang menyebutkan tentang penaklukan wilayah Sriwijaya dan penawanan raja terakhir mereka, Sangrama-Vijayottunggawarman.
Warisan Kejayaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan banyak warisan budaya dan sejarah yang masih dapat dilihat hingga kini, baik dalam bentuk prasasti maupun peninggalan arkeologis yang menunjukkan betapa luasnya pengaruh Sriwijaya di Nusantara dan Asia Tenggara. Kerajaan ini juga dikenal karena kontribusinya dalam pengembangan agama Buddha dan jalur perdagangan internasional yang melibatkan berbagai negara di kawasan tersebut.
Meski Sriwijaya sudah tidak ada lagi, namanya tetap dikenang sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar dalam sejarah Indonesia. Sejarah Sriwijaya tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumatera, tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia yang memiliki warisan sejarah yang sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar