Selasa, 15 Maret 2016

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
Perahu Kajang atau Perahu Agung (penyebutan nama perahu oleh sebagian orang di wilyah sumsel) merupakan alat transportasi tradisional di perairan Sumatera Selatan sekaligus menjadi rumah pada masa lampau bagi masyarakat di sekitar Sungai Musi dan sungai yang berada di Sumsel. Diduga, alat transportasi tradisional ini berkembang sekitar masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XIII Masehi). Jenis perahu ini berasal dari daerah Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Pada masa lalu Perahu Kajang banyak dijumpai di Sungai Musi Palembang, akan tetapi sekarang sudah tidak dapat dijumpai lagi.

Perahu Kajang menggunakan atap dari nipah yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan atap yang disorong (kajang tarik), bagian tengah adalah atap yang tetap (kajang tetap) dan atap bagian belakang (tunjang karang). Bahan yang digunakan untuk pembuatan perahu ini adalah kayu jenis kayu rengas, yang sudah tidak ditemukan lagi di wilayah Kayuagung. Panjang perahu sekitar delapan meter dan lebar perahu dua meter. Buritan di bagian depan perahu terdapat tonjolan seperti kepala yang disebut selungku, merupakan ciri khas perahu kajang Kayuagung.

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
Keberadaan atap (kajang) dari daun nipah inilah yang menjadi cikal namanya. Layaknya sebuah rumah tinggal, perahu kajang ini memiliki ruang tengah tempat anggota keluarga beristirahat. Pada bagian belakang terdapat dapur dan kamar mandi. Barang-barang muatan serta ruang kemudi berada di bagian depan perahu. Tata ruang perahu terdiri dari bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang. Bagian depan merupakan ruang untuk menyimpan barang-barang komoditi yang dijual, seperti barang tembikar dan untuk kemudi. Bagian tengah adalah ruang keluarga untuk tempat tidur. Bagian belakang adalah kamar mandi dan dapur.

Diperkirakan sejak masa awal atau proto Sriwijaya, perahu-perahu kajang melaju di Sungai Komering, masuk ke Sungai Musi, dan lepas ke Selat Bangka, Laut Cina Selatan, hingga ke Laut Jawa. Perahu-perahu kajang ini selain membawa hasil bumi, juga membawa gerabah, seperti periuk yang terbuat dari tanah liat. Sebaran perahu kajang tersebut berdasarkan penemuan arkeologi, ditemukan di beberapa daerah di Malaysia, Vietnam, Jawa, dan Kalimantan. Saat itu, perahu kajang belum menggunakan paku, tapi pasak kayu yang diikat dengan tali dari sabut kelapa.
Bahkan, saat Jakarta didirikan dan dibangun Belanda, ada pusat penjualan periuk dari daerah Kayuagung, yang kemudian daerah tersebut dinamai Tanjung Priok. Diceritakan hingga masa awal Indonesia, masih ada pedagang dari Kabupaten OKI berdagang ke Singapura. Transportasi mereka mengandalkan perahu kajang. Mereka membawa hasil bumi seperti getah damar, gambir, dan tembikar.

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
Perahu kajang memiliki dayung dan kemudi yang terbuat dari kayu. Panjang dayung sekitar tiga meter, sedangkan panjang kemudi sekitar dua meter. Dayung dibuat dari kayu yang lebih ringan, sedangkan kemudi dari kayu berat yang bagian tepinya diberi lempengan logam. Kemudi ditempatkan di bagian belakang, sedangkan dayung digunakan di bagian depan.

Ciri-ciri lain juga menunjukkan bahwa perahu ini merupakan tipe tradisi Asia Tenggara yaitu adanya lubang-lubang yang terdapat di bagian permukaan dan sisi papan serta lubang-lubang pada tonjolan segi empat yang menembus lubang di sisi papan, merupakan teknik rancang bangun perahu dengan teknik papan ikat dan kupingan pengikat (sewn plank and lushed plug technique).

Tonjolan segi empat atau tambuku digunakan untuk mengikat papan-papan dan mengikat papan dengan gading-gading dengan menggunakan tali ijuk (Arrenga pinnata). Tali ijuk dimasukan pada lubang di tambuku. Pada salah lubang di bagian tepi papan perahu yang di temukan di Sungai Kupang terlihat ujung pasak kayu yang patah masih terpaku di dalam lubang. Biasanya penggunaan pasak kayu untuk memperkuat ikatan tali ijuk.

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
Menurut keterangan penduduk Kayuagung sejak tahun 1980-an jenis perahu itu sudah tidak digunakan lagi seiring dengan merosotnya pemasaran tembikar Kayuagung ke daerah-daerah lain dan Kemajuan moda transportasi darat dan sarana berupa jalan memberi pengaruh nyata. Sungai (dan transportasi air) kehilangan keutamaannya. Biasanya perahu kajang digunakan untuk mengangkut barang-barang tembikar Kayuagung dan dipasarkan ke daerah-daerah lain. Pemasaran dengan perahu tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, berbulan-bulan bahkan tahun.

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
Pada saat ini sudah sukar dijumpai perahu kajang di wilayah Kayuagung. Selama ini belum ada upaya untuk melestarikan perahu tersebut, padahal perahu tersebut merupakan ciri khas Kayuagung dan jenis perahu tersebut banyak terdapat di perairan Asia Tenggara dengan berbagai variasi. Oleh karena itu pihak pemerintah daerah dan masyarakat perlu mengusahakan pembuatan perahu kajang untuk melestarikan karya dan keterampilan nenek moyang dalam membuat perahu.




Related Posts

PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.