Jejawi Punya Cerita: Saudagar Kapal Jukung dan Deretan Rumah Mewah di Tepi Sungai
Jejawi, morgesiwe.com – Deretan rumah megah nan menjulang berdiri mencolok di antara pepohonan hijau pedesaan. Pemandangan ini bisa dijumpai saat memasuki Desa Lingkis dan sebagian Desa Batun, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Rumah-rumah berlantai dua bergaya mediterania, dilengkapi pagar besi kokoh, seolah menjadi simbol kemapanan para pemiliknya.
Siapa sangka, sebagian besar rumah megah itu adalah milik para saudagar kapal jukung – profesi tradisional yang sudah ada sejak puluhan tahun silam, namun masih menjadi tulang punggung ekonomi warga pesisir hingga hari ini.
Dalam kunjungan kerja Bupati OKI, rombongan media sempat menyambangi kawasan ini, dipandu langsung oleh Kepala Desa Lingkis, Iwan Setiawan – seorang mantan saudagar jukung yang mengenal betul dinamika kehidupan sungai.
“Dulu masa kejayaannya sekitar tahun 80-an sampai 90-an. Sekali angkut, mereka bisa untung puluhan juta,” tutur Iwan.
Barang yang diangkut beragam, mulai dari BBM, sembako, hingga air bersih. Rute pelayaran pun panjang, dari Sungai Komering menuju Sungai Musi hingga ke Selat Malaka. Para saudagar ini membeli barang dari Palembang dan menjualnya ke wilayah pesisir yang sulit dijangkau transportasi darat.
Salah satu saudagar senior, Asnawi, bercerita dengan semangat tentang kapal jukung miliknya – kapal besar dari kayu bungur berkapasitas 100 ton, bermesin truk PS 110, hasil rakitan tangan-tangan terampil dari Banyuasin. Sudah puluhan tahun ia mengarungi sungai dan laut, berbekal ilmu dari sang ayah.
“Kami tak pakai alat navigasi canggih, semua mengandalkan insting dan membaca arah angin serta arus air,” ungkap Asnawi.
Namun, masa keemasan itu mulai surut sejak tahun 2001. Penjualan BBM melalui kapal dibatasi, pendapatan menurun, dan tantangan seperti pungli serta keamanan jadi persoalan. Kini, banyak saudagar jukung beralih mengangkut pupuk bersubsidi dari pemerintah ke wilayah Air Sugihan dan Banyuasin.
Meski hasil tak sebesar dulu, Asnawi dan rekan-rekannya tetap setia menghidupi keluarga lewat jasa transportasi sungai.
“Kami tetap jalan. Yang penting kapal bisa berlayar, bisa beli BBM, bisa makan,” ujarnya.
Harapan baru muncul kala mereka mendengar rencana pembangunan Pelabuhan Samudra di Tanjung Tapa, Air Sugihan, yang diinisiasi Bupati OKI. Asnawi menyambutnya dengan penuh antusias.
“Kalau itu jadi, usaha kami pasti hidup lagi. Kami siap angkut sembako dan kebutuhan pekerja proyek. Mudah-mudahan benar-benar terwujud,” katanya penuh harap.
Dari Sungai Komering, cerita saudagar kapal jukung bukan sekadar kisah kejayaan masa lalu, tapi potret ketangguhan dan harapan masyarakat pesisir yang tak pernah padam. Sebuah bukti bahwa tradisi bisa bersinergi dengan pembangunan untuk masa depan yang lebih cerah.
1 komentar:
I like it when folks come together and share opinions. Great website, keep it up! paypal login my account official site
Posting Komentar