Sedekah Obat, Tradisi Adat Desa Jermun yang Sarat Makna dan Kembali Dihidupkan
OKI, morgesiwe.com – Suasana magrib di Desa Jermun, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) tampak berbeda dari biasanya. Warga berbondong-bondong menuju tanah lapang, mulai dari orang tua, pemuda, hingga anak-anak, semua berkumpul untuk mengikuti ritual adat tahunan yang dikenal dengan nama Sedekah Obat.
Tradisi yang sarat nilai spiritual dan sosial ini telah menjadi bagian dari warisan budaya Desa Jermun. Sore itu, sekelompok pemuda tampak mengelilingi warga dengan kayu memali—sejenis gaharu yang telah dikupas bersih—lalu menyusunnya membentuk lingkaran yang mengurung peserta ritual. Ketika waktu ritual dimulai, tidak ada seorang pun yang diperkenankan keluar masuk dari lingkaran sakral tersebut.
Ketua adat desa kemudian muncul membawa teko besar berisi air yang telah dicampur rempah daun paya, diikuti para pemuda dengan teko serupa. Air tersebut dipercikkan satu per satu kepada warga, menandai dimulainya prosesi suci tersebut.
Usai ritual, warga menikmati beragam hidangan tradisional seperti lemang, sagon, gula kelapa, dan pisang emas—simbol kebersamaan dalam kesederhanaan.
Empat Hari Penuh Makna
Ritual Sedekah Obat berlangsung selama empat hari berturut-turut. Hari pertama hingga ketiga, warga menjalani masa pantang, dilarang ke sawah, kebun, bahkan memegang senjata tajam. Hari ketiga disebut pantang perit, di mana aktivitas berat benar-benar tidak diperbolehkan.
Menjelang magrib, setiap rumah memasang bambu kuning di atap sebagai simbol keberanian dan kesejahteraan. Jumlah bambu kuning menjadi penanda berapa kali penghuni rumah mengikuti ritual ini. Di bawah tangga rumah, kepala keluarga membakar sabut kelapa sebagai simbol pengusiran mara bahaya. Malam harinya, suasana sunyi. Tak satu pun warga berani keluar rumah.
Puncaknya, pada hari keempat, digelar Sedekah Dawet. Warga yang mampu menyajikan kolak dawet di rumah masing-masing membagikannya kepada tetangga dan warga yang membutuhkan. Dengan ini, rangkaian Sedekah Obat dinyatakan selesai.
Wujud Gotong Royong dan Syukur kepada Alam
Menurut Kepala Desa Jermun, Abus Roni, ritual ini bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk syukur dan doa bersama demi keselamatan dan kebahagiaan warga desa, serta hasil pertanian yang melimpah.
“Ini bentuk sedekah kepada desa, agar terhindar dari segala macam mara bahaya. Tradisi ini sempat lama tidak digelar, dan di tahun kedua kepemimpinan saya, saya ingin menghidupkannya kembali,” ungkapnya, Sabtu (11/11).
Kasubbag Media dan Komunikasi Publik Setda OKI, Adi Yanto, yang juga merupakan putra asli Desa Jermun, turut mengapresiasi pelestarian tradisi ini. Ia menyebut, sejak kecil ia telah akrab dengan tradisi ini yang menurutnya merupakan bentuk rasa syukur dan keterikatan masyarakat terhadap alam.
“Sebagian besar warga adalah petani, dan ketergantungan terhadap alam sangat tinggi. Ini adalah cara mereka menghormati dan bersyukur kepada bumi,” jelas Adi.
Adi berharap ritual ini tak sekadar bertahan, tetapi juga bisa menjadi destinasi wisata budaya yang memperkaya khasanah budaya Ogan Komering Ilir.
“Ini warisan leluhur yang harus dijaga dan dikenalkan ke generasi muda. Bahkan bisa menjadi daya tarik wisata budaya OKI,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar